Senin, 25 Juli 2011

Sriwijaya FC

Ivan Kolev
Nama lengkapnya adalah Ivan Venkov Kolev, pria  asal Bulgaria yang dilahirkan di Sofia, Bulgaria, 14 Juli 1957. ini Sebelum melatih Sriwijaya FC Kolev pernah melatih Timnas Indonesia era 2002, 2004 dan 2007.  Di level Klub Kolev juga pernah melatig Persija Jakarta. Dalam melatih sepakbola Kolev mempunyai ciri khas permainan yang keras dan cepat. Manajemen Sriwijaya FC berharap Kolev bisa mengangkat gaya permainan Sriwijaya FC menjadi lebih agresif dan menarik.
Karir Kepelatihan :
- Levski FC 1982-1987
- Iskar FC 1987-1992
- Slavia FC 1993-1994
- Punav Ruse FC 1995-1996
- Kremnikevci 1996-1997
- Bulgaria U-19 1997-1998 (asisten)
- Bulgaria U-19 1998 (Pelatih)
- Persija 1999
- Bulagria U-20 2000-2002
- Timnas Indonesia 2002-2004
- Timnas Myanmar 2004-2005
- Mitra Kukar 2006
- Persipura 2007
- Timnas Indonesia 2007
Prestasi :
- Ruuner Up Piala Tiger  2002
- Posisi 3 Group Piala asia Beijing 2004
- Posisi 3 Group Piala asia Jakarta 2007
Banyak Melatih Klub namun prestasi di level klub terutama di Indonesia tidak ada, dan di Sriwijaya FC inilah Kolev akan membuktikan bahwa saatnya dia memulai prestasi di Indonesia dengan mebawa Sriwjaya FC menjadi juara Liga dan menembus semi final AFC Cup. Bravo Kolev !!!
Claude Parfait Ngon A Djam (Non Aktif)

Tendangan Keras , Cepat membaca situasi, penempatan posisi yang selalu tepat serta mobilisasi dan daya jelajah yang tinggi merupakan ciri khas dari Striker Haus Gol Sriwijaya FC yang satu ini. Diawal perekrutan menjadi pemain, kualitas Ngon A Djam sempat dipertanyakan, itu tidak lepas dari minimnya produktifitas gol yang dihasilkannya di klub lamanya AC Horsen (Liga Denmark) dengan mengemas 1 gol.
Namun seiring waktu berjalan stiker bernomor punggung 8 ini mampu membuktikan kualitasnya sebagai striker dengan  mengemas 7 gol dari 12 pertandingan Sriwijaya FC terakhir di ajang Indonesia Super Legue (ISL). Tentu saja ini membuat puas pelatih Rahmad Darmawan dan seluruh pendukung setia Sriwijaya FC dan berharap Ngon mampu mencetak gol di setiap pertandingan yang tersisa nanti.
Ngon A Djam adalah tipe pemain pekerja keras yang tidak segan-segan menjemput bola bahkan ikut turun membantu pertahanan. Stiker jangkung ini resmi bergabung dan mengenakan Jersey Kuning kebanggaan Sriwijaya FC pada tanggal 26 Maret 2008 dengan bandrol Rp. 850 juta /musim. Targetnya untuk bermain di liga Champions Asia pun aklan kesampaian karena Sriwijaya FC akan mewakili Indonesia di ajang bergengsi Asia tersebut di tahun 2009.
Data diri :
Nama lengkap   : Ngon a Djam Claude Parfait
Lahir                 : Liberia, 24 Januari 1980
Karier  Klub
-    2008 : Sriwijaya FC (Indonesia Super League)  : Baru 7 gol
-    2006  : AC Horsen (Liga Denmark)                 : 1 gol
-    2007 : Budapesti Vasas FC (Liga Hungaria)     : 0 gol
-    2005 : Skonto Riga FC (Liga Latvia)                 : 0 gol
-    2004 : Skonto Riga FC (Liga Latvia)                 : 6 gol
Ferry Rutinsulu (Aktif)
fer.jpg
Siapa yang tak kenal dengan penjaga gawan utama Sriwjiaya fc. Dia adalah Ferry Rutinsulu(24), Pemuda ganteng asal palu kelahiran 27 Desember 1983. ketanguhan pemain yang mengidolakan Buffon ini di bawah mistar gawang sudah tak terbantahkan lagi, aksi cemerlangnya di bawah mistar gawang sfc membuat para sriker frustasi. tak jarang aksi cemerlang yang biasanya berujung gol berhasil di gagalkan oleh Ferry. Dimusim kompetisi 2007 putaran pertama gawang Ferry baru kebobolan 12 gol, jumlah kebobolan paling sedikit no 2 dari psms Medan, Marcus Horison baru kebobolan .. gol. Ketanguhan nya inilah yang membuat Rahmad Darmawan memilihnya sebagai penjaga gawang no wahid di Sfc..
Puncak penghargaan seorang pemain bola adalah mendapat kan gelar juara dan masuk tim nasional merah putih. sejak memulai karir profesional nya, Ferry ingin sekali masuk timnas dan ingin mengibarkan bendera merah putih dikancah internasional. Berkat penampilan nya yang cemerlang Gayung pun bersambut, tim nasional U-23 yang dilatih oleh Bambang Nurdiansyah memangilnya untuk menjadi penjaga gawang utama timnas U-23. kesempatan yang baik itu tak di sia-siakan oleh Ferry. Bersama rekan nya di sfc, Tony Sucipto, mereka berangkat untuk berlatih di negeri kincir angin selama 7 bulan. Kesempatan yang jarang sekali didapat oleh pemain seperti Ferry. Dan kini di usia nya yang matang, Tim Indonesia yang dilatih oleh pelatih asal Bulgaria Ivan kolev pun memanggilnya untuk berlaga dipiala Asia Juli 2007. namun Ferry harus bersaing ketat dengan Jedry Pitoi (persipura) dan Marcus Horison (psms)
Pemilik no 12 di sfc ini tidak menyangka kalau sekarang ini dia menjadi seorang penjaga gawang, sebab pada masa mengikuti diklat dan memulai karir sepak bola nya Ferry merupakan seorang striker, bukan seorang penjaga gawang. “ dulunya saat masih masuk sekolah bola saya adalah seorang penyerang, tapi saya tidak tau kenapa malah bakat saya menjadi seorang penjaga kiper, dan akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seorang penjaga gawang” cetus Pemuda doyan main game. Ferry saat ini sudah membela laskar sriwijaya fc (palembang) selama 4 musim, 1 musim bersama Persijatim Solo lalu berubah nama menjadi sriwijaya fc selama 3 tahun.
Saat ditanya tentang suka duka nya bermain bersama sfc Pemuda palu yang rencana nya akan mengakhiri masa lajang nya dipenghujung tahun ini bersama gadis pujaan hatinya mengatakan kalau warga kota palembang semuanya sangat baik, ramah dan sopan-sopan. Selama menjadi punggawa sfc banyak kejadian yang tidak mengenakan yang dialami oleh ferry, salah satunya adalah di caci maki oleh supporter sendiri. Kejadian yang tak mengenakan itu pernah dialami oleh pemilik tinggi badan 175 cm/68 kg, saat tiba dibandara ferry yang baru sampai di banadara langsung di oceh-ocehin dan diejak-ejek olah salah satu warga palembang, kontan hal ini membuat ferry marah, dan hampir saja terjadi perkelahian antar Ferry dan warga palembang. Semoga saja dengan kecermelanagn Ferry di mistar gawang sfc dapat membawa sfc meraih gelar juara ligina 2007, maju terus Ferr…..(Ynt)
Zah Rahan Krangar (Aktif)
Nyawa Wong Kito
zah rahan.jpg ZAH Rahan Krangar. Ya, dia merupakan salah satu pemain asing tersukses di Liga Djarum Indonesia (LDI) 2006 musim lalu. Namanya mulai menjadi buah bibir seusai menyabet gelar pemain terbaik atau most valuable player (MVP), saat gelaran perang bintang musim kemarin.
Dia juga sukses mengerek Persekabpas Pasuruan menembus babak semifinal musim lalu. Sayang sejarah itu harus kandas. Persekabpas menyerah kalah dari PSIS Semarang yang akhirnya keluar sebagai runner up LDI 2006.
Seperti peribahasa ‘ada gula ada semut’, ‘manisnya’ kualitas pemain asal Liberia itu pun kemudian menjadi incaran tim-tim Divisi Utama. Mereka berebut tanda tangan Zah Rahan agar mau membela timnya di musim 2007. Namun, Zah akhirnya memilih menyeberang ke ranah Sumatera. Ia memutuskan hijrah ke Sriwijaya FC.
Di bawah kendali pelatih sekaliber Rahmad Darmawan serta materi pemain yang merata, ia yakin mampu mengecap manisnya gelar juara. “Target saya ingin menjadi pemain terbaik dan meraih gelar juara musim ini,” tutur Zah.
Atmosfer tim maupun kota Palembang disebutnya bakal mendukung usaha meraih gelar itu. Semua fasilitas yang saya inginkan dipenuhi semua oleh manajemen. Dan sekarang gantian saya yang harus membayar semua ini dengan prestasi, tambahnya.
Kehadiran Zah Rahan, tak dapat dimungkiri bakal memberikan nyawa baru di lini tengah Sriwijaya FC. Pasalnya, meski postur tubuhnya terbilang kecil, namun keuletan serta determinasinya di lapangan sungguh memukau. Tak jarang pemain ini sering memperagakan gaya akrobatik ketika menggiring bola melawati hadangan lawan. Kita tunggu saja, apakah pemain penyuka musik aliran R n B ini mampu membuktikan janjinya?.
Biodata
Kelahiran : Liberia, 7 Maret 1988
Tinggi/Berat : 164 cm /50 kg
Posisi : Gelandang
Karir
2005-2006 : Persekabpas
2006- .. : Sriwijaya FC

Firmansyah (Non Aktif)

fir.jpg
Gaya permainan yang lugas dan tenang didaerah pertahan adalah ciri khas permainan Fimansyah. Ketanguhan nya dalam mengalang pertahan gawang sudah tak terbantah kan lagi. Tekling yang akurat dan lompatan yang tinggi menjadikan dirinya salah satu defender terbaik yang ada ditanah air. BerPostur tubuh173 mc dan berat 71 kg menjadikannya tembok raksasa yang susah untuk di tembus para striker lawan, tak ayal banyak klub–klub besar tanah air yang menantikan tandatanganya. Tidak hanya pandai dalam bertahan, ayah dari M. Hasbi ini juga kerap membantu penyerangan, tak kala para penyerang buntu dalam menyetak gol, gawang persib bandung pun pernah merasakan tendangan gledeknya dari jarak jauh.
Tipe permainan yang dimiliki firmansyah membawanya masuk tim nasional Indonesia. Firmansyah merupakan salah satu langganan timnas bersama Ismed sofyan. Walaupun timnas sering berganti pelatih, namu fimansyah selalu menjadi langanan tim senior.
Firmansyah mengawali karier profesional nya di Persikabo Bogor tahun 1997-1998, namu dikota Bogor ini, suami dari Fina Aprilia hanya bermain satu kompetisi karena firmasyah meras tidak cocok dengan gaya pelatih Persikabo bogor waktu itudan ia memutuskan untuk pindah klub, tahun 1999 Fimansyah hijrah ke pelita krakatau (pelita jaya ). Bersama Pelita Jaya pemilik no 18 ini selalu bermain cantik dan apik, namun sayang meskipun Fimansyah bermain baik anak pasangan Agus Purnama dan Anisa belum bisa memberikan gelar juara yang ia idam-idamkan. Berkat permainan nya yang api, akhirnya Persikota tanggerang meminang nya. Di kota inilah Firmansayh menemukan sesuatu yang berbeda dari klub yang pernah dibelanya. Peng gemar Alesandro Nesta ini bermain untuk Persikota selama 6 tahun, namu dalam kurun waktu 6 tahun tak satu gelar pun yang dirainya bersama Persikota.
Rasa penasaran dan ingin meraskan kelar juara yang selama ini ia cita-cita kan membuat dirinya harus meninggalkan keluarganya dan anak nya di kota Tanggerang. Sriwijaya fc adalah klub yang menjadi tujuan berikut nya dalam karier sepak bola Firmansyah, pemain yang suka main WE ini sangat bersukur karena bisa bermain untuk sriwjaya fc.”semoga saja dengan bergabungnya saya di sriwijaya fc , saya dapat mempersembahkan gelar juara, gelar yang selama ini belum pernah saya raih“ tegas pemuda kelaiharn bekasi 7 April 1980.
Dibawah asuhan pelatih asal Metro Lampung bakat dan skill individu Firmansyah semakin teruji, ini di buktikan nya dengan selalu menjadi stater pada setiap laga yang di alani sriwijaya fc dan menyumbangkan 2 Gol, ke gawang Persib dan Persikota. Maju terus Firmansyah, ukir lah prestasi mu di bumi sriwijaya.

Read more »

Arema Indonesiadulunya Arema Malang adalah sebuah klub sepak bola yang bermarkas di Malang, Jawa Timur, Indonesia. Arema didirikan pada tanggal 11 Agustus 1987, Arema mempunyai julukan "Singo Edan" . Mereka bermain di Stadion Kanjuruhan dan Stadion Gajayana. Arema adalah tim sekota dari Persema Malang. Di musim 2010-11, di acara launching sempat menggunakan nama Arema FC,[1] namun dua hari kemudian kembali lagi ke nama Arema Indonesia.[2]
Sejak hadir di persepak bolaan nasional, Arema telah menjadi ikon dari warga Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) dan sekitarnya. Sebagai perwujudan dari simbol Arema, hampir di setiap sudut kota hingga gang-gang kecil terdapat patung dan gambar singa. [3] Kelompok suporter mereka dipanggil Aremania dan Aremanita (untuk pendukung wanita)

Nama Arema pada masa Kerajaan

Nama Arema adalah legenda Malang. Adalah Kidung Harsawijaya yang pertama kali mencatat nama tersebut, yaitu kisah tentang Patih Kebo Arema di kala Singosari diperintah Raja Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan Kelana Bhayangkara seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak hancur seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti ditulis kitab Negarakretagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik ekspansif Kertanegara. Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema menaklukkan Kerajaan Pamalayu yang berpusat di Jambi. Kemudian bisa menguasai Selat Malaka. Sejarah heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-buku sejarah hanya mencatat Kertanegara sebagai raja terbesar Singosari, yang pusat pemerintahannya dekat Kota Malang.

Nama Arema di dekade '80-an

Sampai akhirnya pada dekade 1980-an muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis, apakah nama itu menapak tilas dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan penunjuk sebuah komunitas asal Malang. Arema adalah akronim dari Arek Malang. Arema kemudian menjelma menjadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter bagi masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan eksistensinya di antaranya melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi arek malang menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah keniscayaan.

Awal mula berdirinya PS Arema

(Arema Football Club/Persatuan Sepak Bola Arema nama resminya) lahir pada tanggal 11 Agustus 1987, dengan semangat mengembangkan persepak bolaan di Malang. Pada masa itu, tim asal Malang lainnya Persema Malang bagai sebuah magnet bagi arek Malang. Stadion Gajayana –home base klub pemerintah itu– selalu disesaki penonton. Dimana posisi Arema waktu itu? Yang pasti, klub itu belum mengejawantah sebagai sebuah komunitas sepak bola. Ia masih jadi sebuah “utopia”.
Adalah Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode 80-an yang kali pertama punya andil menelurkan pemikiran membentuk klub Galatama di kota Malang setelah sebelumnya membangun klub Perkesa 78. Jasa “Sang Jenderal” tidak terlepas dari peran Ovan Tobing, humas Persema saat itu. “Saya masih ingat, waktu itu Pak Acub Zainal saya undang ke Stadion Gajayana ketika Persema lawan Perseden Denpasar,” ujar Ovan. Melihat penonon membludak, Acub yang kala itu menjadi Administratur Galatama lantas mencetuskan keinginan mendirikan klub galatama. “You bikin saja (klub) Galatama di Malang,” kata Ovan menirukan ucapan Acub.
Beberapa hari setelah itu, Ir Lucky Acub Zaenal –putra Mayjen TNI (purn) Acub Zaenal– mendatangi Ovan di rumahnya, Jl. Gajahmada 15. Ia diantar Dice Dirgantara yang sebelumnya sudah kenal dengan dirinya. “Waktu itu Lucky masih suka tinju dan otomotif,” katanya. Dari pembicaraan itu, Ovan menegaskan kalau dirinya tidak punya dana untuk membentuk klub galatama. “Saya hanya punya pemain,” ujarnya. Maka dipertemukanlah Lucky dengan Dirk “Derek” Sutrisno (Alm), pendiri klub Armada ‘86.
Berkat hubungan baik antara Dirk dengan wartawan olahraga di Malang, khususnya sepakbola, maka SIWO PWI Malang mengadakan seminar sehari untuk melihat "sudah saatnyakah Kota Malang memiliki klub Galatama?" Drs. Heruyogi sebagai Ketua SIWO dan Drs. Bambang Bes (Sekretaris SIWO) menggelar seminar itu di Balai Wartawan Jl. Raya Langsep Kota Malang. Temanya "Klub Galatama dan Kota Malang", dengan nara sumber al; Bp. Acub Zainal (Administratur Galatama), dari Pengda PSSI Jatim, Komda PSSI Kota Malang, Dr. Ubud Salim, MA. Acara itu dibuka Bp Walikota Tom Uripan (Alm). Hasil atau rekomendasi yang didapatkan dari seminar: Kota Malang dinilai sudah layak memiliki sebuah klub Galatana yang professional.

Harus diakui, awal berdirinya Arema tidak lepas dari peran besar Derek dengan Armada 86-nya. Nama Arema awalnya adalah Aremada-gabungan dari Armada dan Arema. Namun nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema`86. Sayang, upaya Derek untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena dihimpit kesulitan dana.
Dari sinilah, Acub Zaenal dan Lucky lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 supaya tetap survive. Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama pada 11 Agustus 1987 sesuai dengan akte notaris Pramu Haryono SH–almarhum–No 58. “Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu, seperti air mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara khusus,” ujar Ovan mengisahkan.
Hanya saja, kata Ovan, dari pendirian bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo (Singa) muncul. "Agustus itu kan Leo atau Singo (sesuai dengan horoscop),"imbuh Ovan. Dari sinilah kemudian, Lucky dan, Ovan mulai mengotak-atik segala persiapan untuk mewujudkan obsesi berdirinya klub Galatama kebanggaan Malang.

Perjalanan Arema di Galatama

Di awal keikut sertaan di Kompetisi Galatama Ovan Tobing dan Lucky Acub Zaenal mulai bekerja keras mengurus segala tetek-bengek mulai pemain, tempat penampungan (mess pemain), lapangan sampai kostum mulai diplaning.Bahkan,gerilya mencari pemain yang dilakukan Ovan satu bulan sebelum Arema resmi didirikan.Pemain-pemain seperti Maryanto (Persema), Jonathan (Satria Malang), Kusnadi Kamaludin (Armada), Mahdi Haris (Arseto), Jamrawi dan Yohanes Geohera (Mitra Surabaya), sampai kiper Dony Latuperisa yang kala itu tengah menjalani skorsing PSSI karena kasus suap, direkrut. Pelatih sekualitas Sinyo Aliandoe, juga bergabung.
Hanya saja, masih ada kendala yakni menyangkut mess pemain. Beruntung, Lanud Bandar Udara Abdul Rachman Saleh mau membantu dan menyediakan barak prajurit Paskhas TNI AU untuk tempat penampungan pemain. Selain barak, lapangan Pagas Abd Saleh, juga dijadikan tempat berlatih. Praktis Maryanto dkk ditampung di barak. “TNI-AU memberikan andil yang besar pada Arema,” papar Ovan.
Sempat ada kendala, yakni masalah dana –masalah utama yang kelak terus membelit Arema. “Kalau memang tidak ada alternatif lain, ya papimu Luk yang harus mendanai,” jelas Ovan saat mengantarnya ke Bandara Juanda. Sepulang dari Jakarta, Acub Zaenal sepakat menjadi penyandang dana.
Prestasi klub Arema bisa dibilang seperti pasang surut, walaupun tak pernah menghuni papan bawah klasemen, hampir setiap musim kompetisi Galatama Arema F.C. tak pernah konstan di jajaran papan atas klasemen, namun demikian pada tahun 1992 Arema berhasil menjadi juara Galatama. Dengan modal pemain-pemain handal seperti Aji Santoso, Mecky Tata, Singgih Pitono, Jamrawi dan eks pelatih PSSI M Basri, Arema mampu mewujudkan mimpi masyarakat kota Malang menjadi juara kompetisi elit di Indonesia.

Perjalanan Arema di Ligina

Sejak mengikuti Liga Indonesia, Arema F.C. tercatat sudah 7 kali masuk putaran kedua. Sekali ke babak 12 besar (1996/97) dan enam kali masuk 8 besar( 1999/00, 2001, 2002, 2005, 2006,& 2007). Walaupun berprestasi lumayan, tapi Arema tidak pernah lepas dari masalah dana. Hampir setiap musim kompetisi masalah dana ini selalu menghantui sehingga tak heran hampir setiap musim manajemen klub selalu berganti. Pada tahun 2003, Arema mengalami kesulitan keuangan parah yang berpengaruh pada prestasi tim. Hal tersebut yang kemudian membuat Arema FC diakuisisi kepemilikannya oleh PT Bentoel Internasional Tbk pada pertengahan musim kompetisi 2003 meskipun pada akhirnya Arema terdegradasi ke Divisi I. Sejak kepemilikan Arema dipegang oleh PT Bentoel Internasional Tbk, prestasi Arema semakin meningkat; 2004 juara Divisi I, 2005, dan 2006 juara Copa Indonesia, 2007 juara Piala Soeratin LRN U-18. Pada tahun 2006 dan 2007 Arema dan Benny Dollo mendapatkan penghargaan dari Tabloid Bola sebagai tim terbaik dan Pelatih terbaik.

Perjalanan Arema di ISL

Monumen Singa Bola dari warga yang didedikasikan untuk Arema
Kompetisi Liga Super Indonesia ke-1 2008-2009 Arema berada di urutan ke-10. Dua bulan Setelah kompetisi usai tepatnya 3 Agustus 2009 di Hotel Santika Malang pemilik klub Arema, PT Bentoel Investama, Tbk melepas Arema ke kumpulan orang-orang peduli terhadap Arema (konsorsium).[4] Pelepasan Arema ini adalah dampak dari penjualan saham mayoritas PT Bentoel Investama, Tbk. ke British American Tobacco. Sebelumnya ada wacana untuk menggabungkan Arema dengan Persema Malang menjadi satu, namun ditolak oleh Aremania. Arema pada musim kompetisi 2009-10 yang ditukangi oleh Robert Rene Alberts meraih gelar Juara Liga Super Indonesia dan Runner-up Piala Indonesia.

Read more »

Popular Posts

Blogger news